Manusia Peniti
Saya sudah beberapa kali diminta menemani Ibu Sri dan Ibu Risa mengantarkan anak-anak lomba tari saman. Di situ saya banyak belajar banyak hal. Salah satu yang akan saya ceritakan adalah "back stage"nya penari saman. Memang ini adalah pengalaman-pengalaman pertama saya menemani siswa ekskul ikut lomba.
Sebelum lomba, anak-anak berlatih setiap pulang sekolah, mereka sangat bersemangat. Dan juga Ibu Sri yang selalu pulang sore karena menemani anak-anak latihan Ketika segala persiapan sudah dilakukan, kita tinggal berdoa dan melihat hasilnya.
Hari ini kami tampil di SMADA Depok. Luar biasa sekali peraturan di perlombaan itu. Kami harus tiba jam 7, kalau gak, kami kena denda. Ruang makeup pun gak boleh berantakan, kalau gak kami denda 200.000. Weh! Beberapa anak datang terlambat dan ya beberapa sudah memakai kostum lengkap. Namun hari ini ada sedikit masalah dengan corak songket yang tidak seragam, sehingga beberapa harus pasang ulang, dan cukup memakan waktu.
Hari ini saya me-menitikan baju-baju kebesaran mereka. Kain songket lipat, peniti, lipat lagi peniti lagi. Selendang, peniti depan, belakang, pundak kanan kiri. Ikat pinggang peniti depan, belakang. Topi peniti kanan kiri depan belakang. Dan semua di penitiin sana sini. Mereka bak manusia peniti pagi ini. Sementara Ibu Sri bagian me-makeup wajah mereka supaya merona di atas panggung.
Semua pakaian sudah rapi. Usai berdoa, mereka pun turun ke lapangan untuk menuju panggung. Sembari membereskan sedikit perlengakapan, beberapa kembali ke dalam ruangan dan minta di-peniti ulang karena tadi di-penitiin temennya dan yaaa memang saya lihat berantakan sekali. Apa boleh buat saya hanya memperbaiki sebisa saya, karena dalam hitungan menit mereka harus tampil.
Beberapa menit penampilan pertama, ternyata gak ada masalah dengan baju peniti itu. Tapi beberapa menit kemudian ternyata satu anak selendangnya lepas karena penitinya gak tau gimana itu. Dan anak itu adalah anak yang tadi kembali ke ruangan sesaat sebelum tampil. Duuuh, nyes sekali hati saya, sedikit ada penyesalan kenapa tadi saya gak cek semua. Saya yakin dia down juga karena bakal merasa ga enak sama teman-temannya kalo sampe ga menang karena kostum selendangnya lepas. Tapi apa yang dia lakukan? Senyumnya makin lebar dan tetap percaya diri. Sebab semua penari saman wajib tersenyum selama di atas panggung. Apalagi kalau sampai ada kesalahan. Yang perlu dilakukan bukannlah meratapi keadaan di atas panggung apalagi sampai hilang fokus, tetapi tersenyum selalu itu harus! Terima kasih, Nak!
Setelah tampil, anak-anak pun merasa tadi itu tidak maksimal. Saya coba mendekati anak yang selendangnya lepas, saya sedikit coba menenangkan dia dan membantunya melepas pakaian penuh peniti itu, saya yakin dia lebih sedih dari saya. Di sisi lain, nasi sudah menjadi bubur. Harapannya, kalau sekolah lain lebih jelek dari kami, baru mungkin kami bisa menang.
Bagaimana pun agak sulit untuk tersenyum setelah mengetahui fakta di panggung tadi. Beberapa salah gerak dan 1 selendang terlepas. Kami pun pulang setelah beberes dan tidak menunggu pengumuman, karena hampir pupus harapan kami. Bahkan untuk jadi juara 2 atau 3 aja susah sekali rasanya.
Nah.. kunfayakun! sore ini saya dapat pesan WA dari Bu Sri kalau tim saman juara 1! Hah bener-bener unbelieveable.. Luar biasa sekali, cuma bisa bilang ajaib dan wow it is really happened! Manusia-manusia peniti tadi berhasil mengembalikan senyum kami semua. Terima kasih anak-anak. Maafkan segala kekurangan kami. Semoga ke depannya bisa lebih baik lagi. Yeaaay! Saya ikut senang meskipun saya hanya "tukang menitiin" ehehehehe
Komentar
Posting Komentar